Moment pergantian tahun baru merupakan waktu yang tepat untuk merefleksikan diri dan sebagai momentum semangat baru untuk menyongsong perjalanan kehidupan yang diharapkan lebih baik lagi di tahun sebelumnya. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa di tahun 2020 kemarin adanya musibah besar yaitu pandemi virus covid-19 yang telah melanda hampir seluruh negara di dunia dan tak terkecuali negara kita indonesia. Efek yang ditimbulkan sangatlah luar biasa besar dalam kelangsungan hidup manusia.

Dan di tahun baru 2021 ini wabah virus covid-19 ini seakan tidak kendur eksistensinya, malah korban yang terjangkit virus ini semakin tinggi. Sebagian kalangan menyebutkan bahwa pandemi virus ini masih belum mencapai puncaknya. Maka diharapkan masyarakat indonesia khususnya, benar-benar harus menjaga pola hidup bersih dan selalu mematuhi prokes ( protokol kesehatan ) dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar tidak tertular oleh virus covid-19 yang mematikan dan meresahkan masyarakat. Masyarakat Indonesia juga masih menunggu adanya pemberian vaksin covid-19 dari pemerintah pusat, diharapkan adanya vaksinasi secara massal yang akan di berikan bisa sedikit memberikan efek ketenangan bagi warga Indonesia.

Belum cukup, musibah covid-19 yang tidak kunjung menurun. Indonesia kembali mendapat musibah besar dan kabar duka menyelimuti tanah air. Segenap elemen bangsa dipaksa menelan pil pahit dan merasakan duka yang mendalam atas insiden naas yang terjadi pada hari sabtu (9/1/2021). Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 jurusan Jakarta – Pontianak dikabarkan telah kehilangan kontak dengan menara kendali setelah lepas landas dari bandara Soekarno – Hatta. Dan setelah ditelusuri oleh BNPB, polisi, TNI dan juga warga setempat maka pesawat jenis Boieng 737-534 mengalami kecelakaan dan jatuh di perairan pulau lancang-kepulauan seribu.

Berdasarkan informasi, pesawat yang naas ini membawa setidaknya 50 penumpang dan bersama 12 kru yang bertugas. Yang terdiri dari 43 orang dewasa,7 anak-anak, 3 bayi. Sejumlah nelayan warga pulau lancang dikepulauan seribu, ketika pergi melaut pada sabtu, 9 januari 2021, Memberikan keterangan bahwa waktu itu kondisi hujan deras, berkabut dan ketinggian gelombang air kurang lebih sekitar satu meter. Pada pukul 14.40 para nelayan dikejutkan dengan suara dentuman yang keras, seperti suara ledakan yang berasal dari dalam air laut. Setelah terjadi ledakan, ombak air laut naik sekitar 10-15 meter. Kemudian para nelayan panik dan melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian.

Ini merupakan kecelakaan pertama ditanah air pada tahun ini, dan terjadi pada masa pandemi covid-19 selama 10 bulan terakhir. Tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air membawa duka mendalam bagi keluarga korban. Hingga kini, tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian untuk menemukan korban-korban atas insiden ini. Keluarga korban terus dengan sabar menunggu hasil pencarian yang dilakukan oleh tim SAR dan berharap ada keajaiban yang terjadi. Harapannya anggota keluarga masih bisa bertahan dan selamat dari kecelakaan pesawat ini.

Belum cukup tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Indonesia kembali dikejutkan dengan beberapa musibah yang menimpa tanah air. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 4 bencana besar yang menimpa beberapa wilayah di Indonesia dan bencana ini mayoritas disebabkan oleh faktor bencana alam. Selain menelan banyak korban, bencana alam tersebut mengancurkan ribuan rumah dan bangunan. Ribuan warga yang terdampak harus mengungsi untuk berlindung.

Beberapa bencana yang menelan banyak korban jiwa yaitu terjadi longsor di Cimanggung Sumedang. Kejadian longsor ini terjadi di hari yang sama dengan tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dikepulauan seribu. Yaitu pada Sabtu, 9 Januari 2021 musibah longsor ini menghancurkan Dusun Bojong Kondang, Desa Cihanjuang, Kec. Cimanggung-Sumedang. Berdasarkan informasi Pusdalops BPBD Sumedang, kejadian longsor terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Diduga  penyebab kejadian ini karena hujan dengan intensitas tinggi.  Saat itu, 12 orang dinyatakan hilang dan petugas gabungan segera mencari korban yang tertimbun.

Namun ketika petugas gabungan mengevakuasi korban dan banyak warga menonton, longsor susulan terjadi pukul 19.30 WIB. Setelah beberapa hari mencari korban, tim SAR akhirnya bisa menemukan seluruh korban pada 18 Januari 2021. Total korban meninggal yang berhasil ditemukan mencapai 40 jiwa dan berhasil diidentifikasi serta sudah diserahkan ke keluarganya masing-masing.

Masih belum tuntas dengan kedua musibah diatas, musibah banjir dilaporkan menerjang sejumlah wilayah di Kalimantan selatan. Berdasarkan data BNPB banjir tersebut akibat tingginya intensitas hujan yang tinggi, sehingga air sungai dikecamatan Pelaihari,Kabupaten Tanah Laut meluap. Selain di tanah laut banjir juga menerjang kabupaten Balangan, total kerugian materiil dari dua kabupaten yang terdampak banjir mencapai kurang lebih 3372 unit rumah terendam banjir. Di laporkan juga banjir juga melanda Kalimantan utara yang merendam 533 unit rumah warga dan  satu masjid.

Diwaktu bersamaan, Mamuju dan majene, Sulawesi Barat digoyang rentetan gempa. Gempa yang pertama terjadi pada kamis, 15 Januari 2021 siang dengan kekuatan 5,9 Magnitudo. Keesokan harinya, pada dini hari gempa kedua terjadi dengan kekuatan yang lebih besar yaitu 6,2 magnitudo. Musibah gempa ini menewaskan sebanyak 84 orang meninggal dunia. Dan yang terbaru musibah alam kembali datang,  bencana banjir menerjang Gunung Mas, Puncak Bogor pada Selasa, 19 Januari 2021 terjadi sekitar pukul 09.30 dan terjadi banjir susulan  pada pukul 12.10 WIB. Dua orang dilaporkan sempat terbawa arus banjir lumpur namun keduanya selamat, tetapi mengalami luka. Banjir bandang yang terjadi membawa material air bercampur lumpur dan ranting pohon mengalir deras di kawasan agrowisata.

Di tambah lagi di awal tahun baru ini juga, Indonesia kembali berduka dengan  kehilangan belasan ulama selama memasuki tahun 2021 ini. Berpulangnya para kekasih Allah tentu menjadi duka yang teramat dalam bagi masyarakat indonesia yang notabene mayoritas memeluk Agama Islam. Ada kurang lebih 13 Ulama yang meninggal dunia terhitung sejak 1 Januari 2021 hingga saat ini 26 Januari 2021. Mulai dari Habib Ja’far bin Muhammad Al Kaff kudus yang berpulang pada tanggal 1 Januari 2021 sampai dengan yang dua terakhir ulama Kharismatik yaitu Syekh Ali Saleh Mohammed Ali Jaber ( 14 Januari 2021 ) dan Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf ( 15 Januari 2021 ) yang biasa dipanggil Sayyidil Walid. Beliau pengasuh majelis Taklim Wal Mudzakarah Al-Afaf Tebet – Jakarta Selatan.

Itulah tadi rentetan musibah bencana alam dan kabar duka meninggalnya ulama-ulama besar di Indonesia yang terjadi di awal tahun baru 2021. Bagi segenap masyarakat Indonesia mari kita berdoa untuk keselamatan Indonesia, semoga musibah dan bencana alam ini segera berakhir.

Identitas Penulis : Lukman Hakim, S.Or (Guru PJOK Man 2 Banyuwangi)

Tulisan ini telah di muat/ di terbitkan di radar banyuwangi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini