Tongkat Mbah Kakung, Dakwah Berbumbu Filsafat

Berita, Prestasi Guru471 Dilihat

Sampul tongkat mbah kakung

Editor: Ana Lutfiah Karimah | Publisher : Delon Atmakandi 

News Mandawangi – Tongkat Mbah Kakung merupakan sebuah judul buku karya pribadi milik salah satu guru MAN 2 Banyuwangi, Bapak Agus Novel Mukholis, S.Psi.I. Buku tersebut terbit pada Agustus 2021 melalui event GSMB yang digelar setiap tahunnya. MAN 2 Banyuwangi telah mengikuti event GSMB selama 3 tahun terakhir. Buku tersebut merupakan salah satu bentuk partisipasi MAN 2 Banyuwangi dalam event GSMB.

Gerakan Siswa Menulis Buku atau GSMB sendiri merupakan sebuah event yang bertujuan untuk menggerakkan semangat literasi nasional. Para partisipan yang terdiri atas siswa dan guru mengirimkan karya dengan kategori cerpen, puisi, pantun, dan sebagainya. Kumpulan karya tersebut akan diterbitkan menjadi sebuah buku. Setiap karya partisipan baik siswa maupun guru akan diterbitkan kedalam kategori yang berbeda. Hasil karya para siswa dijadikan kedalam satu buku yang sama, sedangkan untuk karya pribadi guru akan diterbitkan menjadi buku atas nama pribadi.

Di dalam event tersebut, Pak Novel ikut berpartisipasi sebagai koordinator program GSMB perwakilan MAN 2 Banyuwangi. Beliau pribadi ingin menerbitkan sebuah buku melalui event tersebut agar tidak hanya siswa yang berliterasi, melainkan guru juga. Karena guru harus memberikan contoh di depan dalam hal kepenulisan maupun literasi.

Buku yang berjudul Tongkat Mbah Kakung akhirnya terbit bersamaan dengan terbitnya buku Antologi cerpen dan puisi karya siswa dan siswi Mandawangi yang juga diikutsertakan ke dalam event tersebut.

Website sinau urip

Hal yang melatarbelakangi Pak Novel untuk membuat buku tersebut adalah keinginan beliau sedari dulu untuk mengarsipkan dan mengumpulkan dawuh/ nasehat dari kakek beliau, serta orang yang beliau anggap sesepuh dan mempengaruhi pandangan beliau terhadap kehidupan. Buku tersebut bukanlah buku berjenis non-fiksi, melainkan sebuah buku fiksi yang di dalamnya terdapat banyak sekali pelajaran tentang refleksi kehidupan dan juga tentang filsafah kehidupan.

Refleksi sendiri merupakan sebuah bagian dari intropeksi diri dengan cara melihat kembali atau merenungkan berbagai hal yang sudah terjadi dalam hidup. Menurut Pak Novel, refleksi kehidupan memiliki arti penghayatan. Jadi, semua hal yang telah terjadi dalam hidup yang telah luput dari pandangan dan penghayatan orang pada umumnya semuanya beliau masukkan ke dalam buku tersebut. Misalnya saja, tentang salah sangka kepada kebahagiaan, tentang makna dari sebuah perjuangan, dan banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan agama, sosial, dan budaya.an falsafah hidup.

Sebelumnya, beliau kerap sekali menulis tulisan menganai falsafah hidup di dalam sebuah website bernama “Sinau Urip”, dan beberapa isi pembahasan dalam buku Tongkat Mbah Kakung, diambil dari tulisan-tulisan beliau di website tersebut.

Pak Novel sendiri menulis dan membuat buku tersebut dengan tujuan agar para pembaca, khalayak umum mengerti bahwa kehidupan itu misterius. Kehidupan itu merupakan sebuah buku pelajaran terluas, terdalam, dan terhampar sepanjang umur kita. Selain itu, Pak Novel juga sempat memberikan sepatah dua patah kata untuk memotivasi khalayak ramai terutama keluarga besar MAN 2 Banyuwangi. “Jangan banyak mengeluh. Hidup itu indah. Kita hidup kan tinggal hidup saja, semuanya sudah disiapkan oleh Allah. Tetap belajar dan jangan pernah berhenti belajar. Sampai kalian mengerti dan paham satu hal. Bahwa hidup itu untuk berjuang. Ibadah itu bukan soal transaksi kita dengan Allah. Ibadah itu soal cinta. Cinta kita kepada Allah,” ujar beliau.

Dari sini kita dapat mengambil banyak hikmah. Bahwa kehidupan itu misterius. Kita tidak pernah tahu kehidupan kita di masa yang akan datang seperti apa. Karna itu semua sudah menjadi rencana Allah yang ia tulis di Lauhul Mahfuz jauh sebelum kita hadir di perut sang ibunda. Kita hanya bisa berjuang dalam takdirnya untuk mengubah kualitas kehidupan. Serta, jangan melupakan kewajibanmu dalam beribadah. Ibadah bukan hanya soal kita mengimani, mengakui Allah sebagai tuhan kita, atau bahkan soal transaksi kita kepada Allah. Melainkan ibadah itu adalah soal cinta yang tulus kita terhadap Allah.

Ditulis oleh Danang Febrian Zurizal dan Dita Fisabilillah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *