Peran Kota dalam Mengatasi Krisis Iklim

Kota merupakan salah satu tempat utama atau pusat kegiatan masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas. Di kota kita bisa menemukan banyak aktivitas atau kegiatan manusia, seperti banyaknya kendaraan yang lalu lalang, kegiatan industri, dan lain sebagainya. Kota dalam arti luas bisa diartikan sebagai pemerintah, warga, maupun kolaborasi antar berbagai pihak.

Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan atmosfer pada suatu saat di waktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata variabilitas yang relevan dari variable tertentu, seperti temperatur, curah hujan atau angin pada waktu tertentu. Iklim akan berubah secara terus menerus karena adanya interaksi antara komponen-komponenya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

Perubahan iklim menurut Konwledge Centre Perubahan Iklim, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change atau UNFCCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada periode waktu yang dapat diperbandingkan. Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi berupa gas rumah kaca yang diantaranya terdiri dari karbon dioksida, metana, nitrogen, dan sebagainya.

Pada dasarnya, gas rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap teratur. Akan tetapi, konsentrasi gas rumah kaca semakin meningkat karena banyaknya aktivitas manusia yang bisa menyebabkan lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut yang menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut pemanasan global.

Perubahan iklim bukanlah hal baru. Iklim global sudah selalu berubah-ubah. Jutaan tahun yang lalu, sebagian wilayah dunia yang kini lebih hangat, dahulunya merupakan wilayah yang tertutupi oleh es, dan beberapa abad terakhir ini, suhu rata-rata telah naik turun secara musiman, sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari. Namun, perubahan krisis iklim tidak disebabkan karena peristiwa alam, tetapi juga disebabkan karena ulah tangan manusia, seperti pembakaran secara besar-besaran batu bara, minyak, dan kayu, serta pembabatan hutan.

Sekarang di Indonesia sudah bisa dirasakan bagaimana krisis iklim itu terjadi. Di kota-kota besar seperti Jakarta, telah mengalami bencana banjir, selain itu, diberbagai wilayah lainnya juga banyak bencana alam terjadi, seperti tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan lain sebagainya. Kebanyakan bencana alam itu terjadi disebabkan karena perubahan iklim yang sangat ekstrim dan juga ulah tangan manusia.

Dapat diketahui bahwa dominasi emisi di kota jauh lebih besar dibandingkan di desa. Di kota banyak sekali dijumpai aktivitas seperti banyaknya transportasi yang berlalu lalang yang menyebabkan polusi udara, persampahan, perumahan, dan industri yang banyak menyumbangkan limbah sampah. Semua sektor tersebut seharusnya dibenahi agar krisis iklim dapat diminimalisir.

Sedangkan desa merupakan wilayah yang menyumbangkan emisi karbon dioksida yang bisa dibilang sangat sedikit. Karena di desa jarang sekali kita jumpai transportasi yang berlalu lalang seperti di kota yang menyebabkan polusi udara, jarang juga ditemukan pabrik industri, dan di desa juga jarang sekali banyak perumahan seperti di kota. Di desa lebih banyak kegiatan seperti berkebun, pertanian, dan lain sebagainya.

Maka tidak jarang bahwa di kota jauh lebih rawan terkena bencana seperti banjir yang sedang terjadi di ibu kota jakarta saat ini. Hal itu bisa disebabkan karena banyaknya sampah yang tergenang di sungai yang membuat aliran sungai menjadi terhambat. Selain itu banjir juga bisa disebabkan karena kurangnya daerah resapan di kota, karena di kota lebih banyak gedung-gedung, perumahan, dibandingkan daerah resapannya.

Perkotaan akan menjadi salah satu faktor kunci dalam upaya mengatasi krisis perubahan ikim. Kota-kota bertanggung jawab atas 75 persen dari total emisi karbon dunia. Kota-kota seharusnya membuat komitmen untuk menanam lebih banyak pohon, melarang kendaraan emisi tinggi dan beralih ke energi terbarukan, membatasi penggunaan lahan untuk pembangunan gedung maupun pabrik industri. Karena kawasan perkotaan akan memainkan peran kunci dan menjadi pusat dalam upaya mengatsi krisis iklim.

Selain itu, kota-kota bisa mengembangkan strategi untuk memprmosikan pertumbuhan ekonomi dan sosial serta industri yang rendah karbon sambil mengembangkan rencana transisi bagi pekerja dan industri berbasis bahan bakar fosil. Kota-kota juga bisa mengembangkan cara pembangunan konstruksi alternatif lebih ramah lingkungan daripada menggunakan baja dan beton. Kota-kota juga bisa memanfaatkan energi surya, karena energi surya 95 persen lebih rendah emisi dibandingkan dengan energi listrik dari batubara.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dioksida, yaitu dengan transisi menuju energi bersih, mengembangkan mobilitas hijau seperti pengembangan transportasi publik, optimalisasi sarana dan prasarana sepeda dan bagi pejalan kaki, serta pengendalian kendaraan pribadi menjadi sebuah keseharusan. Agar jalanan tidak melulu menjadi tempat produksi polusi udara.

Selain itu, peningkatan efektivitas pengelolahan sampah juga perlu dilakukan. Bukan hanya perlu dipilah oleh konsumen, sampah kota juga harus ditekan dari hulunya atau dari produksinya. Selain itu, penanganan juga perlu dilakukan untuk tempat-tempat pembuangan sampah yang saat ini menjadi salah satu sumber emisi gas rumah kaca.

Menerapkan bisnis dan industri hijau juga perlu dilakukan. Pelaku industri dan bisnis perlu untuk memulai bukan hanya mempertimbangkan dampak lingkungan, tapi benar-benar melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan. Karena untung ekonomi dan ekologi menjadi dua hal yang bisa beriringan. Penggunaan sampah plastik seharusnya juga harus dibatasi penggunaannya. Hal kecil yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk membatasi penggunaan smapah plastik yaitu dengan membiasakan diri ketika berbelanja membawa kantong belanja sendiri, tidak bergantung pada kantong plastik yang diberikan toko. Dengan begitu masyarakat bisa membantu dalam penanggulangan penumpukan sampah plastik. Mulailah dari diri sendiri untuk memulai hidup yang sederhana dan sehat.

Penulis : Luana Okta Ellyasari Siswa kelas XII MAN 2 Banyuwangi

Tulisan Ini sudah di muat dan di terbitkan oleh Radar Banyuwangi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *