Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan perseorangan ataupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak serta mental. Penjas lebih banyak menggunakan media gerak maka guru perlu salah satu alternatif materi yang dapat diberikan seperti permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya lokal yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Namun nyatanya justru tergeser dengan munculnya berbagai permainan yang dapat diunduh secara online di komputer atau gadget.
Permainan tradisional mempunyai ciri kedaerahan asli sesuai dengan tradisi budaya setempat. Unsur-unsur permainan rakyat dan permainan anak sering dimasukkan dalam permainan tradisional. Permainan tradisional memiliki ciri yang punya unsur tradisi dan berkaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok masyarakat tertentu. Kegiatan yang dilakukan harus mengandung unsur fisik nyata yang melibatkan kelompok otot besar dan juga mengandung unsur bermain sebagai landasan maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut. Permainan tradisioal merupakan permainan dari Indonesia yang perlu dilestarikan sehingga permainan tersebut tidak punah dan tidak diklaim oleh negara-negara lain. Widiyatmoko seorang pemerhati pendidikan utamanya pendidikan jasmani dan kesehatan, menyatakan bahwa guru penjas diera sekarang, harus mampu menerapkan berbagai inovasi untuk lebih menjamin kesesuaian antara kurikulum sebagai dokumen dan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah. Dan permainan tradisional menjadi satu metode yang cukup baik untuk diterapkan karena merupakan permainan yang kaya akan manfaat, bisa menjadi alternatif pengganti permainan lain, juga bisa meningatkan motivasi gerak siswa. Selain itu dengan menerapkan permainan tradisional, juga bisa menjadi cara agar budaya asli Indonesia tetap terjaga.
Ada banyak sekali permainan tradisional yang bisa kita jumpai di Indonesia. Karena memang Indonesia sendiri kaya akan suku dan adat. Setiap suku memiliki permainan tradisionalnya sendiri. Berikut ini adalah permainan tradisional yang lebih umum dan banyak dimainkan oleh anak-anak zaman dulu, seperti: Benteng-bentengan, Egrang, Dakon, Peta Umpet, Bola Bekel, kelereng, petak umpet, layang-layang, hompimpah, patil lele, polisi dan maling, permainan tangan panjang pendek, komunikasi kata tradisional, dan lainnya. Permainan-permainan tersebut dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran jasmani agar peserta didik tidak merasa bosan atau monoton ketika pembelajaran. Permainan tradisional salah satu olahraga yang miliki banyak gerak. Salah satu media yang cocok untuk memotivasi dan meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani.
Kenapa dipilih permainan tradisional?. Salah satu alasannya diharapkan bisa menambah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Di dalamnya terdapat kesenangan dan kegembiraan. Permainan tradisional juga sebagai media pembelajaran motorik bagi siswa yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan permainan tradisional mempunyai syarat teknik yang berupa kekuatan tubuh, kecepatan gerak, dan reaksi. Dengan pola permainan tradisional, siswa akan berolahraga tapi tidak terasa dikarenakan fokus emosinya pada kegembiraan dalam permainan. Permainan tradisional dapat dilaksanakan untuk pemanasan sebelum menuju inti pelajaran. Tetapi tetap harus mengarah pada inti pelajaran
Rata-rata permainan tradisional menggunakan fisik sekaligus melatih keseimbangan koordinasi otak dengan otot-otot fisik. Sangat berbeda dengan permainan modern yang lebih banyak berkutat dengan asah otak. Dengan permainan yang didominasi oleh gerakan fisik, maka secara tidak langsung juga olahraga.. Inilah mengapa anak-anak zaman dulu lebih gesit dibandingkan anak kecil sekarang. Sahabat bisa mengamati sendiri kebanyakan anak kecil saat ini.
Dari segi manfaat, tidak hanya fisik saja tetapi semua permainan dibuat untuk menghilangkan rasa bosan. Namun, untuk permainan tradisional memiliki nilai lebih lainnya, seperti membangun rasa percaya diri, melatih konsentrasi dan ketangkasan anggota badan, menyambung persahabatan, mengajari cara bekerja sama dengan orang lain, dan mengubah hal-hal sederhana menjadi hal yang menyenangkan, sangat tepat sebagai aktivitas Siswa
Dalam permainan tradisional juga akan terjadi interaksi sosial. Karena dalam permainan tradisional siswa dimungkinkan bermain secara kelompok dan sering berinteraksi dengan teman serta guru yang memberikan arahan. Sehingga siswa lebih akrab dan dapat bekerja sama dengan siswa lainnya. Berarti permainan tradisional juga sarana pendidikan karakter pada siswa.
Pendidikan karakter melalui proses belajar-mengajar di sekolah yang diintegrasikan dalam pendidikan jasmani. Melalui olahraga siswa atau peserta didik akan belajar banyak hal tentang nilai keutamaan hidup seperti nilai persamaan dan kebersamaan, fair play, kedisiplinan, dan tanggung jawab serta perjuangan.
Pembentukan karakter siswa melalui permainan tradisional antara lain cenderung menggunakan sarana dan fasilisitas di sekitar lingkungan sekitar. Sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas siswa. Permainan tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak, sehingga akan terjadi interaksi yang positif. Permainan tradisional juga memiliki nilai-nilai luhur dan pesan moral, diantaranya: nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada, dorongan berprestasi, dan taat pada aturan
Banyaknya kegunaan permaianan tradisional bagi proses pembelajaran perlu adanya pelestarian terhadap keutuhan permaianan tersebut. Mengenal permainan tradisional, di masa muda, sulit bagi anak-anak untuk menerima hal yang sama yang dahulu mereka mainkan bahkan yang pernah dimainkan pula oleh ayah, ibu, dan kakek-neneknya. Operasional pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional dapat dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar. Bagi anak permainan dapat dijadikan kegiatan yang serius, tetapi mengasyikan. Melalui permainan, berbagai pekerjaannya dapat terwujud dan permainan dapat dipilih oleh anak karena menyenangkan bukan untuk memperoleh hadiah atas pujian.
Penulis : Nailul Falachil Mubarok, S.Pd. (Guru PJOK MAN 2 Banyuwangi)
Tulisan ini sudah di terbitkan di Radar Banyuwangi